
Infopenerbangan.com – Memasuki awal tahun 2019 ini, pergerakan saham Garuda (GIAA.JK) terus menunjukkan tren yang positif. Pasca pergantian manajemen pada September 2018 lalu, saham Garuda terus meningkat tajam. Harga saham GIAA.JK pada Rabu (30/1/2019) melesat naik sebesar 35,6 persen dibanding bulan sebelumnya yang sebesar Rp 298. Ini merupakan rekor kenaikan tertinggi saham Garuda pasca IPO pada 26 Januari 2011 silam.
Berdasarkan data historis, berikut urutan peningkatan tertinggi yang diraih di era kepemimpinan yang berbeda :
• Naik 35,6 persen pada akhir Januari 2019 (Ari Askhara)
• Naik 27,8 persen pada akhir Januari 2016 (Arif Wibowo)
• Naik 27,7 persen pada akhir Oktober 2014 (Emirsyah Satar)
• Naik 9,6 persen pada akhir Oktober 2017 (Pahala Mansury)
Saat penyerahan tampuk pimpinan Garuda dari Pahala Mansury ke Ari Askhara, Rabu (12/9/2018) silam, harga saham Garuda tercatat hanya sebesar Rp 220 per lembar. Namun berkat tangan dingin Ari Askhara, saham GIAA,JK mulai merangkak naik dan terus mengalami perbaikan. Hingga akhir bulan Januari 2019 ini, saham Garuda sudah bertengger di angka Rp 404 atau meningkat sebesar 83,6 persen.

Foto: Status saham Garuda Indonesia, Sumber: Google Finance
Harus diakui, ini sebuah prestasi luar biasa, karena dalam waktu singkat Ari Askhara mampu melakukan recovery. Kalau kita flashback dan membandingkan dengan para CEO pendahulunya, Ari Askhara is the champion. Berikut adalah data perbandingannya untuk 5 bulan pertama kinerja masing-masing:
• Emirsyah Satar, 26/1/2011-31/5/2011 dari Rp 750-Rp 536 atau turun – 28,6 persen*)
• Arif Wibowo, 12/12/2014-30/4/2015 dari Rp 605-Rp 595 atau turun – 1,7 persen
• Pahala Mansury, 12/4/2011-31/8/2017 dari Rp 360-Rp 326 atau turun – 9,4 persen
• Ari Askhara, 12/9/2018-30/1/2019 dari Rp 220-Rp 404 atau naik + 83,6 persen
Catatan: *) Sejak IPO Garuda
Seluruh stake holder dan masyarakat tentunya berharap bahwa Garuda Indonesia akan mampu “turnaround” dan memberikan hasil kinerja yang positif ke depan. Jajaran manajemen Garuda masih memiliki PR besar yang mesti dilakukan :
• Pertama, restrukturisasi hutang dan pesawat
• Kedua, mengatasi beban biaya US Dollar, mengingat sekitar 65 persen biaya maskapai penerbangan dalam denominasi US Dollar.
• Ketiga, melakukan efisiensi bahan bakar yang memiliki kontribusi sekitar 35 persen dari total biaya operasional.
Namun jika menilik pada upaya-upaya dan inovasi-inovasi manajemen baru Garuda di penghujung 2018 dan adanya dukungan kuat dari kalangan internal Garuda termasuk APG dan Sekarga, diperkirakan Garuda Indonesia akan mampu terbang tinggi lagi. Semoga.
Penulis: Galih Rudyto (Trend Aviation Consulting)