
Infopenerbangan.com – Kelelahan atau fatigue secara umum merupakan satu kondisi berkurangnya cadangan energi tubuh yang mengarah ke penurunan kemampuan serta efisiensi kerja.
Pengertian kelelahan yang dapat diterapkan di dalam penerbangan dikemukakan oleh Bartlett yang berpendapat ada kelelahan yang diakibatkan oleh kerja otot yang sedikit akan tetapi memerlukan derajat keterampilan yang tinggi serta konsentrasi yang terus menerus.
Tugas-tugas yang memerlukan derajat keterampilan yang tinggi seperti menerbangkan pesawat memerlukan lebih banyak gerakan-gerakan kompleks yang terkoordinasi dan tepat waktu.
Kelelahan yang terjadi pada penerbang diduga lebih banyak disebabkan oleh faktor mental (mental fatigue), dan keadaannya diperberat oleh lingkungan yang kekurangan oksigen.
Masalah kelelahan yang dialami oleh awak pesawat sebenarnya dapat dikurangi apabila segala aspek mengenai penerbangan dipahami dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini mereka yang bertugas mengatur schedule maupun yang menetapkan ketentuan jam terbang bagi awak pesawat memegang peranan yang sangat penting.
Jenis-jenis Kelelahan
Kelelahan di dalam penerbangan umumnya dibagi dalam dua ketegori yaitu : acute skill fatigue dan chronic flying fatigue.
Acute Skill Fatigue
Penyebab kelelahan jenis ini terutama adalah faktor kejiwaan dan faktor fisiologis penerbangan. Faktor-faktor fisiologis seperti hipoksia, kadar gula darah yang rendah, kekurangan cairan tubuh atau baru sembuh dari sakit akan melemahkan ketahanan terhadap adanya beban psikologis di atas hal yang sama terjadi apabila keadaan lingkungan kurang menguntungkan, misalnya cuaca buruk, turbulensi, bising di dalam ruangan kokpit maupun pada headphones, suhu yang terlalu panas atau dingin dan lain sebagainya.
Gejala acute skill fatigue terdiri atas tiga hal :
- Penurunan fungsi psikomotor : berupa penurunan koordinasi, kontrol yang kurang atau berlebih, terhadap stick maupun
- Penyempitan skala perhatian : berakibat timbulnya kecenderungan untuk melupakan bagian-bagian yang penting dari suatu tugas, tidak mampu melakukan pengawasan terhadap seluruh instrument, lambat melakukan cross check, cenderung terpaku pada salah satu instrument dan mengabaikan instrument
- Mau menerima standar performance yang rendah Chronic Flying Fatigue. Suatu keadaan di mana terdapat penurunan ambang kelelahan, terjadi karena menumpuknya sisa-sisa kelelahan dari acute skill fatigue yang berulang-ulang yang belum dipulihkan secara lengkap.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan
- Faktor psikologis : kecemasan, penundaan penerbangan yang tidak menentu, rute penerbangan yang membosankan.
- Faktor fisik : kondisi fisik yang tidak dit, jam terbang yang terlalu banyak, jam terbang istirahatnya (rest hour) yang kurang, beban pekerjaan serta tugas-tugas sampingan yang terlalu besar.
- Faktor fisiologis : hipoksia, masalah perbedaan waktu (time zone difference), suhu dan kelembaban udara, bisisng dan getaran.
Gejala-gejala kelelahan
- Terjadinya kesalahan-kesalahan dalam membuat keputusan.
- Dalam mengontrol pesawat : kecepatan reaksi berkurang, control yang kurang halus, ketepatan waktu terganggu.
- Konsentrasi menurun, mudah lupa, timbul kesalahan-kesalahan dalam melakukan tugas yang sederhana dan rutin misalnya dalam membuat gliding angle serta speed pada saat pendaratan.
- Apatis waktu sudah membuat kesalahan, performance yang rendah.
- Menunda-nunda dalam membuat keputusan.
- Tidak teliti dalam mengawasi seluruh
- Mudah tersinggung, kurang rasional.
- Semangat kerja menurun.
- Memotong hal-hal yang kurang dianggap perlu, melewati beberapa daftar check list.
- Denyut nadi serta frekuensi pernapasan meningkat.
- Susah tidur, pencernaan terganggu, berat badan menurun.
Usaha-usaha pencegahan kelelahan
Salah satu pendekatan untuk mengurangi terjadinya kelelahan dalam penerbangan adalah dengan membatasi jam terbang.
Di Indonesia ketentuan pembatasan jam terbang ditetapkan dalam CASR (Civil Aviation Safety Regulation) part 42 section 42.6.0.3 yang antara lain berisi ketentuan bahwa penerbangan dengan dua orang penerbangan tanpa flight engineer, jam terbang maksimum untuk penerbang adalah 110 jam selama 30 hari berturut-turut, serta sembilan jam untuk 24 jam berturut-turut. Apabila terbang dengan flight engineer, jam terbang maksimum untuk penerbang adalah 120 jam dalam waktu 30 hari berturut-turut 10 jam dalam waktu 24 jam berturut-turut serta 1.050 jam dalam periode 12 bulan.
Sedangkan untuk flight engineer jam terbang maksimum adalah 125 jam selama 30 hari berturut-turut, serta 1.100 jam dengan periode 12 bulan. Hal-hal yang dapat dilakukan aircrew untuk mengatasi/mencegah terjadinya kelelahan/fatigue :
- Diet dan Hidrasi. Terdapat beberapa rekomendasi yang mengatur pola diet dan hidrasi untuk mengurangi efek dari kelelahan. Untuk melawan kelelahan,“minum banyak cairan, khususnya air putih” dan “makan makanan tinggi protein”. Untuk menolong proses tidur Anda, “makanan mengandung karbohidrat di sore hari, khususnya bila dikombinasikan dengan makanan kaya triptofan” akan cukup berguna. Hindari alkohol, tembakau atau kafein saat hendak tidur.
- Kualitas tidur. Ditemukan suatu fakta bahwa kebisingan menjadi penyebab utama terjadinya kurangnya kualitas tidur. Penyebab lainnya juga termasuk getaran (turbulensi dan pintu yang ditutup) dan gangguan privasi seperti pergi ke kamar mandi. Lingkungan yang kondusif untuk tidur adalah kunci dari kualitas dan kuantitas tidur yang baik.
- Ritme Sikardian. Gangguan ritme sikardian memiliki dampak yang besar terhadap kelelahan. Tubuh seharusnya memiliki jadwal yang teratur untuk mengetahui kapan waktu untuk terjaga dan kapan waktu untuk tidur.
Beberapa prinsip dasar untuk mengatasi masalah ini adalah :
- Jangan bekerja berlebihan atau dalam keadaan mengantuk sebelum terbang.
- Tidur ringan dilakukan sebelum dan awal penerbangan malam.
- Gunakan cahaya terang saat bekerja di malam hari untuk menyesuaikan ritme sikardian.
- Tidur normal selama dua malam sebelum terbang dan setelah melakukan penerbangan.
- Hindari rotasi shift terbang yang terlalu sering; shift terbang dapat dilakukan kembali setelah dua hingga tiga minggu.
- Lepas tugas malam dari jadwal terbang malam yang panjang.
- Usahakan untuk menetapkan jam biologis tubuh untuk tidur saat berada di zona waktu yang berbeda dengan cara mendapatkan kesempatan untuk tidur selama waktu tidur menurut zona waktu kota asal.
- Ikuti jadwal waktu tidur dan makan secara konsisten dari hari ke hari.
- Pertahankan jadwal tidur, bangun tidur, dan makan yang sama selama masa lepas tugas.
- Jauhi kafein dan alkohol beserta hidangan makanan yang banyak sebelum tidur.
- Lakukan teknik relaksasi dan hygiene
- Lingkungan tempat untuk tidur harus bebas dari suara, cahaya, suhu ruangan yang ekstrim dan gangguan lainnya.
- Hindari kebiasaan melihat jam; gunakan alarm sebagai pengingat bangun tidur.