DESTINATIONHighlightHot News

Air Terjun Siata Mauhalek ‘Surga’ Tersembunyi Di Negeri Perbatasan

Infopenerbangan.com, -Atambua, NTT – Mendengar nama Atambua, masyarakat pasti mengenal daerah ini sebagai daerah yang terletak di ujung timur pulau Timor yang berbatasan dengan Negara tetangga Timor Leste. Sebagai daerah yang pernah menjadi pusat penampungan pengungsi dari Timor Timur pada tahun 1999, Atambua dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Hal itu terbukti dengan suhu di daerah tersebut yang tergolong tinggi bahkan bisa mencapai 40 derajat celicius.Namun dibalik kering dan tandusnya Atambua saat musim kemarau, Atambua ternyata punya surga yang tersembunyi yang memiliki pesona tersendiri dibalik daerah yang berbukit tandus yakni dengan memiliki air terjun yang diberinama Siata Mauhalek.
Infopenerbangan.com

Infopenerbangan.com

Meski namanya tak setenar air terjun Tegenungan di Kemenuh, Sukawati, Kecamatan Gianyar Bali dan tak seramai daerah wisata lainnya di Indonesia, Air terjun Siata Mauhalek yang berada Dusun Fatumuti, Desa Raiulun, Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu itu bisa jadi andalan daerah Atambua yang sedang berjuang memajukan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan.
Infopenerbangan.com

Infopenerbangan.com

Air terjun Siata Mauhalek sendiri berada persis pada pertemuan dua sumber air yakni Siata dan Mauhalek dan butuh perjuangan untuk bisa mencapai air terjun yang memiliki mata air yang bersih dan bening itu. Diakui Primus selaku pemandu tim Beritasatu.com yang kebetulan memperoleh kesempatan berkunjung kesana, Air terjun Siata Mauhalek sendiri merupakan mata air yang tak pernah surut meski musim kemarau melanda Atambua.

“Disini (air terjun Siata Mauhalek) airnya enggak pernah surut dan enggak pernah kering meski musim kemarau datang. Dan kalau musim hujan jalanan kesini hijau semua tapi kalau musim kemarau ya seperti ini kondisinya kering dan gersang, tapi khusus disekitar air terjun Mauhalek airnya terus mengalir dan besar seperti ini,” ucap Primus yang menjadi pemandu saat tim Beritasatu.com mengunjungi air terjun tersebut.

Meski jarak menuju Air terjun Siata Mauhalek terbilang dekat dengan pusat kota Atambua (berjarak sekitar 30 km), namun butuh waktu satu jam untuk bisa sampai ke air terjun yang memiliki mata air yang jernih itu lantaran jalan yang berbukit dan berkelok-kelok. Namun begitu, para pengunjung tak perlu khawatir dengan kondisi jalannya karena untuk bisa mencapai air terjun Siata Mauhalek jalannya sudah mulus dan lebar.

Infopenerbangan.com
Infopenerbangan.com

Sampai di gerbang masuk air terjun, para pengunjung harus melewati hamparan sawah dan kebun jagung yang menghijau hingga sampai batas tempat parkiran. Dan untuk bisa mencapai air terjun, para pengunjung harus berjalan kaki menuruni tebing yang sudah ditata rapi oleh pemerintah
Atambua. Selain itu, disediakan beberapa saung untuk pengunjung beristirahat sebelum sampai ke air terjun yang menjadi surga kota Atambua itu.

Indahnya panorama karya agung sang Pencitpa ini ibarat surga yang tersembunyi di Rai Belu, dan dijamin bila sudah menikmati indahnya pemandangan disana, kita seakan enggan beranjak pulang karena pemandangan indah disekitar air terjun menambah keasikan kita menikmati liburan.

Selain surga bagi para pelancong yang ingin menikmati indahnya alam, Air terjun Mauhalek juga merupakan surga bagi para pencinta fotografi lantaran keindahan alamnya yang terpadu antara Hijauan lumut unit yang menempel pada dinding batu dan dilewati air bisa menjadi obyek bidikan kamera para pencinta fotografi baik yang menggunakan kamera manual ataupun kamera bertekhnologi canggih sekalipun.

Dibalik keindahan air terjun Siata Mauhalek, pengunjung juga harus berhati-hati dengan kondisi alamnya. Pasalnya, menurut cerita masyarakat sekitar air terjun Siata Mauhalek juga memiliki tempat keramat atau pemali yang harus dihormati sehingga disarankan untuk tidak berbuat yang tak senonoh di tempat ini, karena bia mendapatkan sial. Hal itu berdasar dari cerita turun temurun yang dikisahkan dari nenek moyang mereka.

“Dulu daerah sini itu terkenal angker dan keramat karena tempatnya berada di dalam Hutan Mauhalek. Menurut cerita orang dulu, kalau mau kesini dulu mereka harus berjalan sambil mengunyah jagung goreng yang digenggam agar tak tersesat, namun setelah beberapa kali diadakan misa oleh pastor-pastor disini daerah ini jadi enggak seangker dulu. Tapi yang pasti kita jangan sampai berbuat yang enggak senonoh, dan harus menjaga kearifan lokal disini karena biar bagaimanapun kearifan lokal dan budaya disini juga harus kita hormati,” tutup Primus. (Cf/Rf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close