Infopenerbangan,- Badan penerbangan Federal AS membatasi penerbangan untuk pesawat yang melewati wilayah yang dikendalikan Iran, seperti di atas Selat Hormuz dan Teluk Oman dampak dari perseteruan kedua negara tersebut yang semakin memanas.
Akibat pembatasan tersebut, Saudi Arabian Arlines bersama dengan beberapa maskapai penerbangan internasional lain pada Sabtu (22/6) harus mengubah rute penerbangan menjadi jauh lebih jauh dan lama. Mereka tengah mengantisipasi dampak lebih jauh dari pembatasan itu.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (22/6) pihak Iran mengklaim bahwa wilayah udaranya masih aman bagi semua pesawat yang akan melintasinya, menurut kantor berita Tasnim. Secara terpisah, Iran telah mengeksekusi seorang mantan karyawan kontrak untuk organisasi penerbangan Kementerian Pertahanan karena diduga sebagai mata-mata dari Badan Intelijen Pusat AS.
Ketegangan di kawasan itu mulai memburuk ketika Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dengan enam negara yang disimbolkan sebagai kekuatan dunia – Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman. Beberapa kali sanksi dikenakan dan dicabut dengan jaminan bahwa Teheran mau menghentikan program nuklirnya.
Namun Trump kembali mengeluarkan sanksi baru karena Iran diduga terlibat dalam serangan dua kapal minyak di teluk Oman dan empat kapal tanker di luar Uni Emirat Arab pada 12 Mei 2019 lalu. Kedua insiden tersebut terjadi di wilayah utama pasokan minyak global, yaitu di dekat Selat Hormuz. Namun Iran membantah terlibat.
Tak mau kalah. Pentagon kemudian melakukan balas dendam dengan melakukan serangan di dunia maya (cyber) atas insiden tanker minyak tersebut, Yahoo News melaporkannya merujuk kutipan mantan pejabat intelijen. Serangan cyber ini telah melumpuhkan sistem peluncuran roket Iran.
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS tidak mau mengomentari operasi dunia maya maupun intelijen tersebut. Washington, sementara itu, menuduh Teheran telah meningkatkan serangan siber.
Chris Krebs, Direktur Department of Homeland Security’s Cybersecurity Agency mengatakan di Twitter bahwa para pejabat telah mendeteksi peningkatan aktivitas jahat di dunia maya yang diarahkan ke Amerika Serikat oleh orang-orang yang terikat dengan pemerintah Iran.
Para pemimpin dunia telah menyerukan tiap negara yang berseteru untuk tenang dan mengirim utusan masing-masing untuk mengadakan pembicaraan demi menurunkan ketegangan yang telah mendorong naiknya harga minyak. Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan resolusi politik krisis.
Diplomat Tinggi Inggris Adrew Murrsiona berencana mengunjungi Teheran pada hari Minggu karena khawatir terhadap sikap Iran dan mengancam negara itu untuk berhenti serta mematuhi perjanjian nuklir.
Iran telah mengancam akan melanggar kesepakatan jika penandatangan perjanjian Eropa gagal menyelamatkannya dan melindungi Teheran dari sanksi AS.
“Eropa tidak akan diberi waktu lebih dari tanggal 8 Juli 2019 untuk menyelamatkan kesepakatan itu,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Abbas Mousavi, merujuk pada tenggat waktu yang diberikan Iran selama 60 hari untuk adanya kesepakatan nuklir baru. (*)