Banyak peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Di penghujung tahun 2015, CSE Aviation mengadakan media gathering dengan topik pembahasan “Kaleidoskop Penerbangan Indonesia 2015.” CSE Aviation mencatat, ada progress yang baik namun ada yang seakan jalan ditempat.

Chairman CSE Aviation, Chappy Hakim menyebutkan, dari sisi regulator, Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara sudah memposisikan dirinya benar-benar sebagai regulator. “Jika terjadi insiden, Dirjen Perhubungan Udara sudah mengambil sikap dan maskapai ditindak tegas, contohnya pembekuan rute jika terjadi insiden sebut saja jika ada pesawat yang overrun,” ungkapnya.

Problem klasik yang juga terjadi di tahun 2015 adalah naiknya jumlah penumpang pesawat udara yang mencapai 10-15% per tahun dan tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur terutama bandara. Regulator pun dinilai hanya memberikan solusi sementara yang kurang tepat dengan menggunakan pangkalan udara militer sebagai bandara sipil.

Vice Chairman CSE Aviation, Samudera Sukardi menilai, belum ada kemajuan berarti di dunia penerbangan Indonesia di tahun 2015. Hal ini terlihat dari peringkat keselamatan penerbangan Indonesia masih di katagori 2, jumlah incident/accident yang justru meningkat dibanding tahun 2014, masih sering terjadi delay, sistem navigasi yang masih menggunakan teknologi lama, bandara-bandara yang masih kelebihan kapasitas terutama di bandara-bandara besar, serta jumlah inspector di Kemenhub yang belum bertambah.

Namun, tak sedikit pula kemajuan yang terjadi seperti perbaikan pajak spare part pesawat udara, diresmikannya hangar 4 GMF AeroAsia, serta roll out pesawat karya anak bangsa N219.

“Tantangan kedepan memang masih banyak, kita ingin selalu memberi kontribusi kepada dunia penerbangan Indonesia dengan memberikan ide maupun konsultasi,” tutup Direktur Utama CSE Aviation, Edwin Sudarmo. (JRS)