Infopenerbangan – Pembangunan di bandara besar Dubai, Dubai World Central dihentikan karena kemunduran ekonomi yang terjadi di UEA. Dilaporkan oleh Bloomberg, pekerjaan konstruksi telah berhenti sementara di Bandara Internasional Al Maktoum (DWC).
Pemerintah Dubai menargetkan bandara baru di Jebel Ali tersebut akan menjadi yang terbesar di dunia; diperkirakan dapat menampung penumpang hingga mencapai 250 juta. Namun biaya seluruh pengembangan DWC diperkirakan lebih dari $ 32 miliar.
Pada tahun 2007, landasan bandara Al Maktoum telah selesai dibangun yang setahun kemudian dilanjutkan dengan pembangunan terminal kargo bandara mencapai titik setengah jalan. Tetapi penurunan sebelumnya dari ekonomi Teluk kemudian menghentikan ekspansi lebih lanjut sehingga pekerjaan ditunda hingga 2027.
Sejak bandara dibuka untuk bisnis pada tahun 2010, hanya 11 maskapai penerbangan yang mengunjungi bandara. Selain itu, meskipun ada peningkatan kapasitas yang layak sejak pembukaannya, jumlah pelanggan yang melewati terminal kurang dari satu juta.
Emirates, yang menargetkan bandara sebagai hub super baru, memiliki ambisi yang terhambat sebab masalah terbaru pada pembangunan tersebut. Pada awal berdirinya, eksekutif Dubai berjanji bahwa Al Maktoum dapat dengan mudah menangani dua kali jumlah penumpang sebagai bandara tersibuk di dunia, termasuk Heathrow.
Jika dibangun, hub super akan memungkinkan Emirates untuk membangun reputasinya sebagai maskapai penerbangan jarak jauh dunia.
Menurut pakar ekonomi, ketergantungan kota pada pendapatan dari perdagangan, pariwisata, dan properti daripada minyak berarti bahwa itu berada di tangan konflik regional dan kerusuhan politik. Selain itu, beberapa analis menduga pasar properti terlalu jenuh.
Hal itu membuat nasib pembangunan bandara Al Maktoum diragukan selain itu Emirates juga tidak dalam kondisi terbaik, harga avtur yang tinggi membuat pemasukan maskapai raksasa itu berkurang. WwwThe Financial Times melaporkan pada bulan Mei tahun ini bahwa laba Emirates turun dua pertiga pada tahun keuangan 2018-2019. Selain itu, tagihan bahan bakar pengangkut naik 25% menjadi Dh30.8bn, terhitung 32% dari biaya operasi. (*)