Infopenerbangan,- Maskapai asal Belanda, KLM yang merupakan sayap usaha dari Air France-KLM (AIRF.PA) harus melakukan pemecatan besar-besaran terhadap pekerjanya.
Perusahaan mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan memangkas 1.500 pekerja tambahan sebagai bagian dari restrukturisasi yang dibutuhkan untuk mengurangi emisi sebesar 50% pada tahun 2030 serta mempersiapkan untuk memulihkan lalu lintas setelah krisis coronavirus.
Perusahaan induk Air France-KLM pada hari Kamis melaporkan kerugian operasi 1,55 miliar euro (1,8 miliar dolar AS) untuk kuartal kedua, dengan lalu lintas turun 95% dari tahun sebelumnya.
KLM mengatakan pemotongan baru akan berarti tenaga kerjanya, yang 33.000 sebelum pandemi, akan berkurang 20% secara keseluruhan pada 2022. Itu tidak mengesampingkan pemotongan lebih lanjut.
“Dalam semua skenario, permintaan hanya diharapkan pulih pada 2023 atau 2024 paling cepat,” kata Kepala Eksekutif Pieter Elbers dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Restrukturisasi ini bertujuan untuk mempertahankan sebanyak, “pekerjaan yang kami bisa dengan cara yang bertanggung jawab dan membayar kembali pinjaman secepat mungkin,” katanya.
Sebagai perbandingan, Air France SA berencana untuk memotong 6.500 pekerja, atau 16% dari tenaga kerjanya, hingga tahun 2022.
KLM memberikan kontribusi lebih besar bagi keuntungan kelompok pada tahun-tahun sebelum 2020. Lalu lintas secara bertahap dimulai kembali di KLM, meskipun Elbers mengatakan uptick terbaru dalam kasus di banyak negara dapat mengancam itu.
Sementara sebagian besar rute KLM telah dipulihkan, katanya, pekan lalu pihaknya merencanakan untuk mengoperasikan sekitar 13.000 penerbangan pada bulan Agustus, masih turun 60% dari bulan yang sama tahun lalu. (*)