Infopenerbangan,- Jakarta, 20 Juli 2017 – Lion Air Group bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Universitas Diponegoro melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan sistem informasi peringatan dini low level Windshear di Bandara serta untuk menghasilkan prototype Low Level Windshear. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan operasi penerbangan.
Semua pihak dapat memperoleh akses dan memanfaatkan pertukaran data dan informasi, dan peringatan dini low level windshear yang akan dibangun.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan, penelitian akan menggunakan data penerbangan di Bandara Ahmad Yani Semarang. Kemudian hasil penelitian akan dikembangkan ke berbagai bandara untuk dimanfaatkan oleh penerbangan nasional.
Lion Air Group ikut membiayai penelitian dengan memberikan dana sebesar Rp 500 juta. Penelitian diharapkan bisa membantu meningkatkan keselamatan penerbangan nasional.
“Saya yakin apa yang dilakukan ini akan meningkatkan keselamatan penerbangan nasional, dipandu oleh BMKG dan KNKT,” ujar Edward.
Lion Air Group terpanggil untuk membentuk kerja sama, karena pertumbuhan transportasi udara nasional sangat tinggi. Penelitian perubahan arah angin di level bawah harus segera dilakukan, angka kecelakaan pesawat di Indonesia sudah berbanding terbalik dengan internasional. Kecelakaan pesawat di Indonesia justru naik, sedangkan internasional turun.
Lion Air Group mengoperasikan lebih dari 200 pesawat, oleh empat maskapai. Kondisi alam tidak menjamin keselamatan, karena sering berubah. Teknologi penerbangan berkembang, tapi tidak dengan pengamatan peristiwa alam di sekitar bandara.
“Banyak hal yang bisa dikembangkan dari alam, untuk tingkatkan keselamatan penerbangan,” kata dia.
Ketua BMKG Andi Eka Sakya mengapresiasi inisiatif Lion Air Group untuk mengembangkan penelitian keselamatan penerbangan. Dalam kerja sama ini BMKG menyediakan data dan atau informasi terkait Low Level Windshear. Termasuk analisa hasil pengamatan udara atas, guna kegiatan penelitian dan pengembangan sistem informasi peringatan dini Low Level Windshear.
Indonesia masih sering terjadi perubahan arah angin tiba-tiba khususnya di musim pancaroba. Peristiwa low level windshear biasanya terjadi saat pesawat mendarat atau lepas landas. Kebanyakan terjadi di bandara-bandara yang terletak di pesisir pantai. Namun bisa terjadi di bandara dengan struktur pembangunan yang tidak perhatikan pergerakan arah angin.
“Kami apresiasi Lion Air Group yang bergerak lebih cepat, melihat kondisi seperti ini. Gak banyak perusahaan yang mau masuk ke dunia penelitian,” ujarnya.
BMKG dengan organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO) sedang membuat program navigasi udara global untuk 2028. Semua negara harus menerapkan program tersebut, dengan menggunakan data meteorologi secara komputerisasi.
“Sekarang pengiriman data melalui komputasi, dengan resolusi tinggi,” katanya.
Pengiriman data meteorologi akan difasilitasi kepada pilot melalui air traffic controller (ATC), untuk pilot mengambil keputusan lebih awas saat menemukan kondisi alam yang membahayakan penerbangan. Penelilian ini mencakup pengolahan data keadaan-keadaan alam di bandara.
“Ini landasan kita siapkan untuk menuju 2028, gak bisa langsung diterapkan harus diintergasikan,” kata dia.
Perjanjian kerja sama ini akan menjadi jalur untuk temuan baru. Dia berharap bisa menjadi catatan agenda internasional, karena akan berkontribusi mengurangi risiko kecelakaan di penerbangan Indonesia.
Ketua KNKT Suryanto Cahyono mengatakan, selama ini petugas ATC ragu menginformasikan perubahan arah angin yang terjadi di bandara. Karena tidak dapat terbaca jelas oleh radar udara.
“Kendala selama ini adalah masalah cuaca. Di Indonesia sudah sangat riskan,” katanya.
KNKT secara khusus berkomunikasi dengan Lion Air Group untuk membantu penelitian keselamatan penerbangan nasional.
Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro Ambariyanto mengaku siap membantu pemeringah melakulan penelitian level bawah perubahan arah angin (Low Level Windshear). Terdapat dana riset sekitar Rp 36 miliar.
“Setiap tahun dana riset kami naik, tahun depan sekitar Rp 60 miliar,” katanya.
“Kami akan dengan senang hati membantu,” katanya.