Putussibau sebuah kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang juga sebagai ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Menjadi magnet tersendiri di wilayah Kalimanan Barat ini, karena diakui kota perdagangan yang cukup penting. Menurut catatan sejarah, Putussibau merupakan salah satu wilayah yang paling akhir diduduki pemerintah kolonial Belanda yaitu pada tahun 1895.
Tak kalah dengan yang lain, Putussibau juga menyimpan ekowisata alam yang menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara.
Taman Nasional Danau Sentarum
Danau Sentarum terletak di sebelah Barat Putussibau, sebagai kawasan suaka margasatwa. Daya tarik tersendiri sebagai danau musiman satu-satunya yang terletak di hutan rawa air primer di Kalimantan Barat. Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan.
Informasi Pariwisata Nusantara menyebutkan bahwa danau ini berada di sebuah cekungan dekat Sungai Kapuas. Keunikan danau ini adalah airnya yang berwarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut yang ada di sekitarnya. Pada saat musim kemarau, tinggi air Sungai Kapuas berangsur turun, sehingga air danau hutan rawa sekitarnya akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air sungai akan relatif stabil.
Keunikannya pada puncak musim kering, keadaan Danau Sentrum dan sekitarnya akan mengering menjadi hamparan tanah kering yang luas, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil.
Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).
Makin menunjukkan keelokannya sebagai wisata di Kalimantan Barat ini, kehidupan masyarakat yang berada di sekitar taman nasional yaitu suku Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan masih tradisional menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Berada di rumah Betang)yang dihuni oleh suku tersebut beragam besarnya, ada yang dihuni lima sampai delapan kepala keluarga dan ada yang dihuni 15 sampai 30 kepala keluarga. Rumah panjang yang dihuni 15 – 30 kepala keluarga, mempunyai panjang rata-rata 186 meter dan lebar 6 meter.
Menuju Lokasi
Cara pencapaian lokasi: Pontianak-Sintang-Semitau menggunakan kendaraan roda empat sekitar 11 jam atau Sintang-Semitau menggunakan longboat (bandong) ditempuh sekitar tujuh jam. Dari Semitau ke lokasi menggunakan perahu motor jurusan Lanjak. Pontianak-Putussibau dengan pesawat terbang sekitar dua jam dan dari Putussibau ke Nanga Suhaid dengan longboat sekitar tujuh jam.
