Infopenerbangan,- Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Columbia University di Amerika Serikat telah menemukan bahwa meningkatnya suhu akibat pemanasan global akan merepotkan pesawat-pesawat untuk lepas landas selama beberapa dekade mendatang.
Studi yang diterbitkan di jurnal Climatic Change ini memantau lima maskapai besar di 19 bandara tersibuk di seluruh dunia. Temperatur yang panas sangat mempengaruhi performa take off dan landing pesawat. Dari penelitian mereka, 10 hingga 30 persen dari pesawat yang terbang pada siang hari yang panas, harus punya bobot rangka pesawat yang lebih ringan.
Hal ini terjadi karena dengan bobot pesawat yang tinggi, salah satu persyaratan pesawat untuk bisa lepas landas adalah berada di bawah temperatur tertentu. Seperti Boeing dan Airbus punya temperatur maksimal untuk terbang adalah 52 derajat Celcius. Sementara pesawat yang lebih kecil, hanya 47 derajat.
“Gelombang panas akan menjadi jauh lebih sering dan intens pada masa yang akan datang,” kata Radley Horton, seorang ahli iklim di Lamont-Doherty Earth Observatory Columbia University yang juga rekan penulis laporan tersebut. “Kami sudah melihat pesawat tidak bisa lepas landas dengan bobot penuh.”
Horton menjelaskan bahwa saat suhu naik, kerapatan udara turun. Ada massa yang kurang efektif melewati sayap. “Dengan massa yang lebih sedikit, Anda perlu lebih banyak kecepatan untuk mendapatkan pengangkatan yang diperlukan, jadi jika Anda memiliki landasan pacu yang lebih pendek, Anda tidak bisa mendapatkan kecepatan yang diperlukan.”
Tak cuma soal pesawat, landasan pacu yang pendek serta bandara yang berada di dataran tinggi, juga akan kena dampak serupa. Hal ini dikarenakan kedua sebab ini akan membuat pesawat lebih panas dan kegagalan lepas landas akan terjadi.
Hal ini akan membuat perjalanan udara akan lebih mahal. Bandara tentu butuh uang untuk membangun landasan pacu lebih panjang, sementara maskapai harus menghamburkan uang untuk meningkatkan teknologi untuk efisiensi performa lepas landas.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pembatasan berat dapat memperbesar biaya yang tidak sepele pada maskapai penerbangan dan memengaruhi operasi penerbangan di seluruh dunia,” kata Ethan Coffel dari Columbia University yang merupakan penulis utama. (*/NP)