Infopenerbangan,- 2 September 1998, musibah menimpa maskapai SwissAir. Pesawat dengan nomor penerbangan SR-111 itu mengalami kecelakaan. Kapal terbang tersebut jatuh di laut pesisir Nova Scotia, Kanada. Akibatnya seluruh penumpang, 229 orang tewas.
Pesawat lepas landas dari Bandara Internasional John F. Kennedy, New York menuju Bandara Internasional Cointrin Jenewa, Swiss, pada malam hari. Selang beberapa waktu kemudian, tepatnya pada pukul 21.15, pilot pesawat melapor ke petugas lalu lintas udara bahwa ada asap di kabin.
Dalam situasi genting tersebut, petugas lalu lintas udara menginstruksikan pilot untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Halifax, Kanada. Sementara petugas di Bandara Halifax langsung sigap menyiapkan area untuk pendaratan darurat.
Namun beberapa menit kemudian, petugas udara kehilangan kontak dengan sang pilot, dan pesawat hilang dari radar.
Sejumlah saksi di sekitar Bandara Halifax mengaku mendengar suara gemeretak lalu diikuti dentuman ledakan yang dahsyat. “Ini suara terburuk yang pernah saya dengar,” ujar penduduk setempat, yang tinggal dekat kawasan bandara, seperti dikutip dari CBC News, Minggu (2/9/2018).
Aparat kepolisian dan tim penyelamat langsung mencari sumber ledakan dan mencoba melakukan penyelamatan. Namun pesawat jatuh di laut dalam kondisi hancur.
Seluruh penumpang dan kru pesawat yang total berjumlah 229 orang, dinyatakan tewas. Termasuk di antaranya adalah pejabat PBB, yakni Jonathan Mann yang merupakan Direktur Bantuan Kesehatan WHO.
Insiden ini menjadi kecelakaan terburuk sepanjang sejarah Swissair, setelah sebelumnya pernah terjadi insiden serupa di Yunani pada tahun 1979 dan menewaskan 14 orang.
Sementara itu, sejarah lain mencatat pada 2 September 166 terjadi kebakaran besar di London yang berlangsung hingga tiga hari. Kebakaran ini menghanguskan 10.000 bangunan termasuk Katedral Santo Paulus.
Peristiwa Today in History lainnya, yakni pada 2 September 1945, Perang Dunia II berakhir dengan Penyerahan diri Jepang secara resmi di geladak kapal USS Missouri di Teluk Tokyo.
Sumber CBC News