Belajar terbang ternyata sangat mengasyikkan. Kita bisa melihat bumi ciptaan Tuhan dari atas. Ada berbagai istilah dalam latihan terbang, seperti cross country, solo dan sebagainya. Itu adalah tahapan belajar terbang yang harus diikuti para siswa sebelum menjadi penerbang andal.
Salah seorang siswa penerbang Aero Flyer bernama Widhi menuturkan terkadang di sela belajar terbang dia selalu berdiskusi dan menyerap beragam informasi dari para instrukturnya.
Ia mengaku mencari tahu segala macam informasi mulai dari dasar seperti mengenal pesawat yang akan dipakai. Dia mengatakan pesawat mempunyai bagian-bagian, seperti sayap dan ekor. Setiap sayap ada dua bagian, namanya flap dan aileron, bagian ekor juga ada dua, yakni rudder dan elevator.
Salah seorang instruktur penerbang di sekolah pilot Aero Flyer Institute Erinaldi Syawal menjelaskan pesawat bisa terbang pada dasarnya karena ada daya angkat (lift) yang dihasilkan oleh sayap (wing) dan daya dorong (thrust) yang dihasilkan oleh mesin (engine).
Bagaimana sayap menghasilkan lift atau daya angkat? Nah hal itu yang diciptakan oleh wing (airfoil chamber) sesuai dengan Hukum Bernoulli, ketika kecepatan udara meningkat, maka tekanannya akan turun atau berkurang.
Kalau diperhatikan, bentuk dari sayap pesawat tidaklah sama di sisi atas dan bawahnya bagian atas atau upper chamber tampak sedikit menggelembung dibandingkan bagian bawah atau lower chamber yang cenderung rata. Inilah yang dinamakan bentuk airfoil.
Jadi kecepatan udara yang melewati bagian atas dari wing (airfoil) akan lebih tinggi dibanding yang melewati bagian bawah wing, karena kecepatannya yang lebih tinggi, maka tekanan yang ada di bagian atas wing akan lebih rendah dibanding tekanan yg ada di bawah wing. Hal itu yang membuat wing terangkat dan daya angkat inilah yang kerap disebut lift ditambah dorongan yang dihasilkan oleh engine sehingga pesawat bisa terbang.
Primary flight control pada pesawat ada tiga, pertama terdapat di sayap (wing) yang dinamakan aileron menghasilkan gerakan rolling. Prinsip kerjanya apabila yoke (kemudi) digerakkan ke kanan, maka aileron kanan akan bergerak ke atas dan aileron kiri bergerak ke bawah, perbedaan gerakan aileron kiri dan kanan inilah – setelah diterpa airflow (aliran udara) – menyebabkan pesawat belok kekanan begitu juga sebaliknya.
Kedua terdapat di bagian ekor yang mendatar (horizontal stabilizer) yang dinamakan elevator menghasilkan gerakan pitching, pergerakan elevator kiri dan kanan sama tidak seperti aileron, prinsip kerjanya apabila yoke (kemudi) ditarik, maka elevator akan bergerak ke atas dan jika diterpa oleh udara (airflow), maka ekor (tail) akan bergerak turun dan hidung (nose) pesawat akan bergerak naik, sehingga pesawat bergerak naik (climb), begitu juga sebaliknya.
Ketiganya terdapat di bagian ekor yang posisinya vertikal (vertical stabilizer). Ini dinamakan rudder yang menghasilkan gerakan yawing. Prinsip kerjanya dikontrol oleh rudder pedal. Apabila pedal yang kanan diinjak, maka rudder bergerak ke kanan dan ketika kena aliran udara (airflow), maka pesawat akan belok kanan begitu juga sebaliknya.
Tapi efek dari rudder tidak seefektif gerakan yang dihasilkan oleh aileron. Ia lebih difungsikan untuk menjaga pesawat tetap pada jalurnya apabila terkena angin dari samping (crosswind) dan efek pesawat bermesin satu.
Widhi menuturkan bahwa ia memiliki pengalaman yang tak terlupakan saat belajar sayap dan ekor itu, yakni ketika belajar unusual altitude. “Itu adalah kondisi di mana pesawat tidak straight and level yaitu posisi pesawat yang acak-acakan dan instruktur mengajarkan bagaimana memperbaiki posisi pesawat seperti semula dengan memainkan power, sayap dan ekor,” ungkapnya. (Fjn)
(Foto : AVIASI/Joe Roland S. Bokau)