Infopenerbangan,- Sejak adanya pandemi Covid-19 yang menghantam bisnis aviasi global membuat bisnis penerbangan merugi. Bombardier Inc asal kanada yang perusahaan pesawat dan kereta api, Bombardier Inc menyatakan akan memangkas 11 persen dari 2.500 pekerjanya.
Perusahaan yang tercatat di Bursa Toronto, kode saham BBD.B, dengan harga saham di level 0,49 dolar kanada yang diperdagangkan, 775,9 juta dolar Kanada per saham dan kapitalisasi pasar. Menurut data CNBC.
Wabah pandemi Covid-19 ini sangat berpengaruh buruk di Industri Penerbangan, membuat perjalanan udara dan beberapa produsen pesawat menurun, Boeing Co dan Airbus termasuk yang terkena imbasnya dan memotong produksinya karena pelanggan. Maskapai Penerbangan pun menunda pemesanan.
Ucap David Coleal selaku Presiden Bombardier Aviation, pada Sabtu (6/6/2020), “Kami sekarang dihadapkan dengan keputusan sulit untuk menyesuaikan ukuran bisnis kami, mengingat adanya gangguan dalam rantai pasokan serta perkiraan penurunan pengiriman unit hingga 30% dibanding tahun lalu akibat pandemic Covid-19.”
Bombardier Inc memiliki hamper 60.000 karyawan yang berada di unit penerbangan dan kereta api, mengungkapkan akan menyiapkan biaya sebesar US$ 40 juta setara dengan Rp 560 miliar termasuk dengan biaya PHK.
Perusahaan yang baru keluar dari bisnis pesawat komersial, sedang memproses dan menjual bisnis rel ke perusahaan pembuat kereta Prancis, nilai investasi yang mencapai 6,2 miliar euro (US$ 7,02 miliar) setara dengan Rp 98 triliun.
Bombardier Inc mengambil langkah dengan menginvestasikan bisnis kereta api ini, maka Bombardier Inc akan memfokuskan kepada bisnis utamanya sebagai pembuat jet bisnis.
Salah satu maskapai penerbangan BUMN yaitu, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memesan pesawat di Bombardier Inc. Namun, manajemen Garuda mengatakan akan menerapkan sejumlah strategi yang efisien agar bertahan di tengah pandemi Covid -19 ini.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan melakukan relaksasi keuangan dan negosiasi pembayaran penyewaan pesawat kepada Lessor. Jenis pesawat CRJ100 Bombardier dikembalikan karena tidak dipergunakan lagi.
PT Citilink Indonesia dan PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) selaku Induk usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), juga mengembalikan pesawat CRJ100 Bombardier karena tidak dipergunakan lagi.
Menurut Irfan Setiaputra selaku Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (29/4/2020), “Kita juga sedang pengembalian CRJ yang kita grounded, kita terbangkan jauh lebih merugikan. Ongkos kita grounded setahun 50 juta dolar (Rp 775 miliar). Ini waktu terbaik negosiasi sewa pesawat kita, kita minta pesawat tersebut diambil aja, kita punya fleet dan konfigurasi lebih pas,”.
Pada 2019 laporan keungan GIAA menunjukan 18 dukungan dari armada Bombardier CRJ1000 Next Gen kepada Garuda Indonesia, sementara armada paling banyak yaitu, Boeing B737-800 sebanyak 73 unit dan Airbus A330-300 sebanyak 17 unit, tersisa jenis lainnya.