Infopenerbangan – Capt M Shadrach Nababan adalah pilot senior Garuda Indonesia yang pada April 1981, ditugaskan menerbangkan kembali pesawat Garuda DC-9 Woyla pasca pembajakan dari Don Muang, Thailand pulang ke Tanah air.
Menanggapi soal langkah IPI berafiliasi dengan The International Federation Of Air Line Pilots Associations (IFALPA), Kamis (9/1/2020), ia secara gamblang menceritakan bagaimana IFALPA yang saat itu keanggotaannya masih diwakili Asosiasi Pilot Garuda (APG), dan merasakan sendiri bagaimana IFALPA sangat membantu anggotanya. Ia mengatakan sangat bersyukur bahwa dengan adanya kerjasama antar anggota, manfaat menjadi member dari IFALPA itu sangat terasa sekali.
Salah satunya ketika ada kecelakaan DC-10 Garuda di Fukuoka pada Juni 1996, yang mengalami accident keluar dari landasan dan menabrak tanggul, yang menewaskan 3 dari 275 penumpangnya.
“Waktu itu saya kebetulan terbang ke Eropa. Karena di IFALPA itu ada yang namanya mutual assistant artinya tolong menolong antarmember, maka saya dihubungi oleh Ketua Asosiasi Pilot Japan. Saya minta tolong lakukan yang terbaik untuk membantu dan jika ada perlu langsung kontak Direktur Operasi Garuda saat itu.” tutur Capt Nababan di PIM2, Jaksel Selasa (21/1/2020).
Belum lagi di bidang yang lain misalnya technical matters dari IFALPA yang kita salurkan pada anggota. Kontribusi dari IFALPA untuk membuat regulasi-regulasi internasional itu banyak baik ke ICAO maupun IATA.
“Misalnya Dangerous Good, oleh IFALPA itu dibikinin paketnya, guidance khusus untuk pilot. Paket itu saya perbanyak dan saya kirim ke anggota,” terangnya.
Para pilot juga dibekali dengan kartu yang didalamnya tertera nomor telepon yang bisa dihubungi 24 jam kalau terjadi emergency. Juga guidance untuk menghadapi pers. Lalu produk IFALPA yang membantu memudahkan setting ukuran ketinggian penerbangan ke China yang menggunakan ukuran meter (penerbangan menggunakan standar feet). Jadi semacam tabel konversi yang dibagikan ke semua anggota.
“Namun begitu sebaliknya, saat Cathay Pacific ada masalah di Bali kita juga diminta membantu memberikan informasi,” jelas Capt Nababan,
Hal lainnya menurutnya, Indonesia bisa memberikan feedback kepada ICAO melalui IFALPA, karena IFALPA adalah permanent member dari assembly semacam observer.
“Pada tahun 1997/1998 saat krisis ekonomi, IFALPA juga memberikan dispensasi/diskon hingga hanya bayar seperempatnya saja. Jadi sangat menolong dan telah menunjukkan solidaritasnya kepada anggota,” pungkasnya. (*)
Berita Terkait: DORONG KEMAJUAN AVIASI NASIONAL, IPI AFILIASI DENGAN IFALPA