Infopenerbangan.com – Dinamika kondisi dan persaingan bisnis aviasi dewasa ini semakin kompleks. Apalagi dengan telah diimplementasikannya ASEAN Open Sky, menjadikan langit Indonesia semakin terbuka dan tingkat persaingan menjadi semakin ketat.
Lalu bagaimana dengan prospek maskapai Garuda Indonesia kedepan? Memasuki awal tahun 2019 ini, Maskapai flag carrier yang berdiri sejak 26 Januari 1949 ini nampaknya sudah mulai memberikan sinyal menuju “turnaround”.
Upaya-upaya dan inovasi-inovasi serta perbaikan kinerja yang telah ditunjukkan Garuda hingga saat ini, seakan mampu memberikan keyakinan akan perbaikan kinerja perseroan kedepan. Ini alasannya :
Faktor Internal :
- Adanya dukungan kuat dari kalangan internal Garuda sendiri seperti APG dan Sekarga.
- Garuda Indonesia menghadirkan inovasi layanan yang menyediakan fasilitas WiFi, film-film box office dengan pengalaman wide-angle screen dan layar 180/360, pengalaman hiburan menggunakan teknologi Virtual Reality di dalam pesawat serta menghadirkan “Acoustic on Board” di penerbangan tertentu dengan menghadirkan beberapa bintang ternama Indonesia. Garuda juga memperkenalkan aplikasi layanan “Garuda Indonesia Assistance” (GIA). Aplikasi itu merupakan fasilitas aplikasi voice assistance yang akan menjadi channel baru perusahaan dalam menjual produknya secara lebih nyaman. Layanan tersebut rencananya dapat mulai dinikmati pengguna jasa pada pertengahan 2019 mendatang.
- Ekspansi pasar dan optimalisasi produk melalui pengembangan bisnis penerbangan kargo. Melalui lini usaha kargo udara, perseroan turut memperkenalkan konsep layanan pusat logistik berikat yang terdiri dari 2 hub kargo nasional di Jakarta yang difungsikan sebagai pusat berikat distribusi kargo udara dan kargo e-commerce. Sedangkan hub kargo nasional di Denpasar melakukan pengelolaan ekspor dan impor marine product dan transhipment e-commerce.
- Kerjasama strategis guna meningkatkan pangsa pasar dan cakupan destinasi melalui KSO anak perusahaan PT Citilink Indonesia dengan Sriwijaya Group.
- Perjanjian kerjasama antara GMF AeroAsia Garuda (GMFI), anak usaha Garuda dan dan Batam Aero Technic, yang merupakan anak usaha Lion, yang ditandatangani pada Kamis (17/1/2019) lalu. Dua maskapai terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia dan Lion Air sepakat untuk mendirikan usaha patungan (joint venture) dibidang perawatan pesawat, mesin, komponen dan ban vulkanisir dan akan membangun bengkel pesawat di Batam senilai US$ 50 juta (Rp 700 miliar). GMF juga berencana melakukan ekspansi ke luar negeri, seperti membangun tiga bengkel pesawat di Timur Tengah, dua bengkel di Australia, dan satu bengkel di Korea Selatan.
- Kedepan, Garuda bakal mengoperasikan pesawat yang lebih efisien B737 Max 10. Pesawat Boeing 737 Seri Max 10 tersebut merupakan konversi pesanan Garuda sebelumnya yaitu seri MAX 8 yang ditandatangani Garuda dan Boeing pada 2014 lalu. Total ada 34 unit pesawat MAX 8 yang di konversi menjadi Max 10 pada 2020.
Nampaknya Garuda akan memainkan strategi cost per seat dan efisiensi guna mendongkrak kinerja perseroan. Dengan adanya upaya penurunan biaya operasional dan harga pokok penerbangannya, diharapkan margin akan menjadi lebih baik.
Berita Terkait: Garuda Indonesia Bakal Bangkit Pasca Turbulensi (2)
Penulis : Galih Rudyto / Trend Aviation Consulting