infopenerbangan.com – Balai Kesehatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan melaksanakan publikasi kajian tentang Jam terbang total dan faktor dominan lainnya terhadap resiko gangguan mental emosional pada pilot sipil di Indonesia di Bandara Hotel, Tangerang, Selasa (14/11). Kajian ini dibuat dalam upaya terus meningkatkan keselamatan dunia penerbangan di Indonesia.
Profesi pilot memiliki potensi Gangguan Mental Emosional (GME) yang tinggi dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Oleh karena itu, berdasarkan quesioner yang disebar kepada 800 pilot selama April-Mei 2017 didaptkan sejumlah hasil, diantaranya pemicu stres diakibatkan faktor masalah dalam rumah tangga, misal konflik dengan istri, lainnya karena kepikiran anak sakit dan sejumlah hal lainnnya, demikian dijelaskan Dr. Yuliana Sp. KP selaku naramsumber pada publikasi kajian ini.
“Jika stres, pilot akan mengalami penurunan performa. Penurunan ini bisa dilihat kepada pilot yaitu mudah lelah, sakit kepala dan mudah mengantuk. Tentu hal ini akan sangat membahayakan penerbangan jika pilot sedang duty,” ujarnya, Selasa (14/11).
DIjelaskan dalam kajian, semakin tinggi jam terbang seorang pilot, maka potensi terkena GME semakin tinggi, meski belum ditemukan kajian tentang jam terbang total terhadao risiko timbulnya GME pada pilot sipil.
“Timbulnya gejala GME pada pilot dipengaruhi beberapa faktor, antara lain, umur, jam terbang total, lama masa kerja, stresor rumah tangga dan lainnya,” imbuhnya kepada Infopenerbangan.
Pihaknya menyarankan untuk pilot agar melakukan aktifitas positif dalam mencegah distress itu, seperti menggunakan waktu luang dengan teman atau keluarga. Menciptakan kondisi tempat tinggal senyaman mungkin, dan yang terpenting pilot harus lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahannya, seperti soal fisik dan psikisnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Kesehatan Penerbangan Capt. Avirianto menambahkan, melalui kajian ini kita bisa melihat stress para pilot ini trend nya diperoleh darimana, sehingga nantinya bisa ditemukan solusi terbaik.
Di Indonesia pada jaman dulu pilot masih menerbangkan 80 jam dalam satu bulan karena perusahaan masih kecil-kecil, namun seiring perkembangan dan kebutuhan saat ini bisa mencapai seratus jam lebih.
“Mudah-mudahan kedepan ada penilitian-penelitian yang baik soal kesehatan pilot, sehingga kedepan pilot-pilot yang masih hidup dapat mencegah atau menghindari stress. Selain itu kami mendorong kepada pihak maskapai untuk memiliki dokter Psikiater, agar meredam tingkat stress yang dialami pilot,”pungkasnya. (Eky Fajrin)