Jakarta- sejak liberalisasi jasa angkutan pesawat terbang di Indonesia, jumlah maskapai terus bertambah. Imbasnya terjadi persaingan layanan operator airline. Akhirnya menguntungkan konsumen karena ada perang harga.
Pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia mencapai 15 persen. Industri pesawat itu demokrastis. Satu pesawat komponennya bisa dipasok dari puluhan produsen berbeda dari berbagai negara sebagaimana yang dikatakan ketua INACOM, Andi Alisyahbana, ‘’Hari ini tidak ada pesawat yang seratus persen komponennya di produksi sendiri. Semua komponen dirakit dari berbagai produk yang berbeda, itu sudah biasa dalam pembuatan pesawat,’’ ujar Andi dalam diskusi outlook 2017 bertema ‘’Highlight Industry Aviation: Professional Analysis and Opinion’’ di The Sultan Hotel, Jakarta, selasa (30/1/2018).
Meningkatnya kelas menengah dunia, khususnya di Asia memicu ledakan konsumen pesawat terbang. Orang yang mampu beli tiket naik setiap harinya. Produsen panen kontrak pembuatan pesawat, khususnya untuk angkutan sipil. Hanya saja Indonesia belum memaksimalkan perannya sehingga belum menjadi produsen komponen yang diperhitungkan. Maskapai di Indonesia masih mengimpor pesawat dalam jumlah besar dari Amerika Serikat dan Eropa. Penjualan produk PT Dirgantara Indonesia sendiri masih didominasi kontrak dari pemerintah.
Di Indonesia, akibat adanya perang jasa menjadikan harga tiket diklaim sebagai salah satu yang paling murah di dunia. Dengan Rp.200.000, orang Indonesia sudah bisa bepergian menggunakan pesawat. Pertumbuhan pembelian pesawat juga mengalami kenaikan setiap tahun diikuti naiknya peminat sekolah pilot, tidak semua lulusan terserap di dunia kerja.
Mengapa banyak pilot lokal menganggur?
Saat ini ada 3 grup besar maskapai, Lion, Sriwijaya dan Garuda. Mereka semua pembeli setia pesawat dari eropa dan Amerika Serikat. Dalam dunia penerbangan, segalanya dituntut serba cepat, termasuk perekrutan pilot. Kebanyakan maskapai tidak tertarik melakukan pembinaan lulusan baru, tapi merekrut pilot yang sudah mempunyai jam terbang cukup, jawabannya tentu saja dengan menerima pilot asing yang sudah berpengalaman.
Dalam waktu tertentu seperti tahun baru atau hari raya, penumpang pesawat mencapai 15 juta orang. Industri penerbangan makin bersinar setiap tahunnya di Indonesia. Senada dengan yang disampaikan Direktur Utama PT Sriwijaya Maintenance Facility (SMF) Richard Budihadianto ,’’Tiket di Indonesia termurah di dunia. Tapi keuntungan maskapai minimal 30% itu untuk pemeliharaan dan operasional pesawat. Sebenarnya untuk airline beroperasi itu berat. Kalau harga tiket dinaikkan, nanti tidak laku karena maskapai lain jual lebih murah,’’ ujar Richard.
Ketatnya perang harga membuat maskapai tidak lagi memikirkan pembinaan calon-can pilot. Mereka ingin simple dan akhirnya merekrut pilot asing.
Info Penerbangan – Pengamat penerbangan dan mantan KSAU Chappy Hakim menilai maskapai menginginkan pilot yang sudah jadi. Akibatnya lulusan sekolah penerbang domestik menganggur karena kurang jam terbang.
Chappy mengusulkan adanya standar sekolah penerbang dibawah koordinasi pemerintah. Kementerian perhubungan sudah sibuk mengurus lalu lintas dan dunia pengangkutan, jadi diperlukan institusi atau kementerian koordinator bidang perhubungan. Guna membawahi manajemen perekrutan pilot dan wadah komunikasi dengan maskapai.
‘’Seharusnya sekolah penerbangan dibawah koordinasi pemerintah. Lalu dibawahi kementerian atau dewan tersendiri sebagai koordinator. Lulusannya jangan dibiarkan menganggur, harus dicarikan pekerjaan,’’ kata Chappy.
Maskapai di Indonesia tidak mau repot dan butuh sopir pesawat cepat, karena pertumbuhan penumpang di Indonesia sangat pesat. Dulu lulusan baru sekolah penerbang berlatih dengan pesawat kecil, sekarang semua pesawat jumbo semua. Penerbang pemula terkendala praktik dan minim pengalaman. Maskapai tidak mau menunggu, jadi impor pilot asing.
‘’Mengapa pilot lokal menganggur? Bahkan sampai ada sekolah penerbangan tutup, gara-gara lulusannya tidak mampu diserap maskapai penerbangan,’’ tambah mantan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia ini.
Chappy mengusulkan harus ada institusi dan manajemen yang lebih baik untuk mengatasi banyaknya pilot yang menganggur. Persoalannya terlalu rumit untuk diserahkan ke Kementerian Perhubungan.
Chappy Hakim yang juga sebagai Chairman CSE Aviation memandu sesi talkshow dengan beberapa stakeholder yang ada di industry penerbangan Indonesia. Panelis yang hadir antara lain: I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Iwan Joeniarto, Direktur Utama GMF AeroAsia, Andi Alisjahbana, Ketua Indonesia Aircraft Component Manufacturer Association (INACOM), Anita D. A. Kolopaking, Ketua Dewan Pengawas BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) dan Richard Budihadianto, Direktur Maintenance Sriwijaya Air.
Sebagai penutup acara yang diselenggarakan CSE Aviation dan BANI tersebut, Samudra Sukardi menggarisbawahi kurangnya financial instuition yang masih kurang welcome terhadap dunia industri penerbangan. Hal ini diakibatkan masih kurangnya Risk Analyst yang memahami dunia in, serta leasing company masih jarang di Indonesia. Kesimpulan yang diberikan bahwa seluruh stakeholder harus berkerjasama dengan baik dan kedepannya. (*)