Infopenerbangan.com, Perkembangan bisnis pengiriman barang melalui udara yang diangkut pesawat khusus kargo di Indonesia dinilai lambat. Hal ini disebabkan adanya kompetisi yang sangat tinggi, terutama dengan pesawat penumpang.
Ketua Penerbangan Kargo Indonesia National Carriers Association (INACA), Boyke P. Soebroto mengatakan perlakuan yang diberikan pemerintah terhadap pesawat khusus kargo atau freighter dengan pesawat penumpang tidak seimbang.
“Jadi, pertumbuhan pengguna jasa angkutan udara yang melesat akhir-akhir ini, ternyata tidak dibarengi dengan melonjaknya volume barang yang diangkut oleh freighter dalam negeri,” katanya beum lama ini.
Boyke mengungkapkan pangsa pasar kargo udara yang diserap freighter saat ini hanya sekitar 1% dari total volume kargo domestik, baik melalui darat, laut dan udara.
Dia menjelaskan freighter kesulitan untuk bersaing dengan pesawat penumpang karena ada perbedaan tarif yang cukup mencolok. Menurutnya, tarif kargo udara yang ditawarkan freighter itu empat kali lebih mahal ketimbang pesawat penumpang.
“Mereka lebih murah tarifnya karena biaya penerbangan untuk barang itu sebenarnya ditanggung penumpang. Sementara biaya penerbangan freighter itu murni ditanggung barang,” tuturnya.
Sementara itu, dikesempatan berbeda Direktur Cargo Garuda Indonesia, Sigit Muhartono berbeda pendapat, ia menjelaskan, bisnis kargo dari awal tahun ini menunjukkan perkembangan yang positif. Bila melihat bisnis kargo Garuda Indonesia sendiri, ada lebih dari 198.000 ton kargo yang diangkut pada semester pertama tahun 2016.
Angka itu mengalami kenaikan 12,6 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu. (*/Rf)