InfoPenerbangan,- Lebih dari 50% pilot maskapai penerbangan di seluruh dunia tidak lagi terbang untuk mencari nafkah di tengah penurunan permintaan selama pandemi virus corona.
Sementara itu, dijelaskan bahwa mereka yang masih terbang merasa kurang dihargai oleh perusahaan mereka.
Keterangan itu berdasarkan sebuah survei terbaru yang dilaporkan Reuters seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (29/1/2021).
Jajak pendapat terhadap hampir 2.600 pilot oleh GOOSE Recruitment yang berbasis di Inggris dan publikasi industri FlightGlobal, yang dirilis pada hari Kamis, menemukan hanya 43% yang melakukan pekerjaan yang telah mereka latih, dengan 30% menganggur, 17% cuti, dan 10% ditugasikan dalam peran non-terbang.
Banyak pilot yang masih terbang menghadapi kondisi kerja yang memburuk. Cathay Pacific Airways Hong Kong, misalnya, memberlakukan pemotongan gaji permanen hingga 58% , dan Turkish Airways serta Singapore Airlines telah menurunkan gaji untuk sementara.
“Kita juga dapat melihat efek pandemi terhadap pilot yang bekerja juga,” kata kepala eksekutif dan pendiri GOOSE Recruitment Mark Charman dalam sebuah pernyataan.
“Sejumlah besar merasa tidak aman tentang pekerjaan mereka, semakin banyak yang berencana mencari peran baru tahun ini serta banyak yang merasa kurang dihargai oleh bos mereka.”
Untuk pilot yang menganggur dalam survei tersebut, 84 persen mengatakan itu karena pandemi.
Sebelum COVID-19 melanda, telah terjadi kekurangan pilot yang meluas menyusul tingginya permintaan akan penerbang yang juga mendorong peningkatan gaji dan kondisi.
Survei tersebut menemukan bahwa sekarang 82 persen pilot yang menganggur akan menerima potongan gaji untuk kesempatan baru.
Bagi mereka yang tetap masih mempertahankan pekerjaannya, pilot di Eropa dilaporkan paling stres oleh COVID-19, dengan responden mengutip risiko tertular virus, aturan terputus-putus dan kemungkinan ditempatkan di karantina selama rotasi sebagai salah satu kekhawatiran mereka.
Empat puluh persen pilot mengatakan kesehatan mental mereka dipengaruhi oleh pandemi, dengan angka yang lebih tinggi di antara pilot yang lebih muda.
“Jumlah stres dan kecemasan yang disebabkan pandemi pada saya telah secara permanen merusak pandangan saya tentang kehidupan,” kata seorang pilot yang disurvei. (*)