Kejadian kecelakaan Germanwings 4U9525 memunculkan kembali perdebatan di tengah pengamat dan pelaku dunia penerbangan, mampukah teknologi mencegah pilot sengaja menjatuhkan pesawat?
Mengandalkan sepenuhnya terhadap teknologi, bisakah kesalahan-kesalahan yang kemungkinan bisa ditimbulkan oleh pilot atau kopilot (manusia) bisa dieliminasi?
Mantan pilot US Airways, Chesley B “Sully” Sullenberger mengatakan pendapatnya tentang hal ini. Menurut dia, pandangan seperti itu sudah jamak atau umum dijumpai di tengah masyarakat yang saat ini akrab dengan teknologi.
Namun, pada saat bersamaan, pandangan seperti itu, menurut Sully, juga membawa anggapan yang salah terhadap pengetahuan dasar tentang apa yang bisa dilakukan pilot dan apa yang bisa dilakukan oleh teknologi dalam suatu penerbangan.
“Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya pilotlah yang selalu menerbangkan pesawat,” ujar Kapten Sully seperti dikutip KompasTekno dari blog-nya di halaman LinkedIn resminya, Selasa (28/4).
“Pilotlah yang mengambil keputusan terkait penerbangan, seperti memilih jalur dan ketinggian jelajah,” ujar mantan pilot yang lolos dari maut dalam kejadian US Airways dengan nomor penerbangan 1549 yang ditching (mendarat di air) di Sungai Hudson, New York, pada Januari 2009 itu.
Sully berpendapat, walau teknologi berperan dalam membantu mengontrol pesawat, pikiran manusialah yang menentukannya. Teknologi juga terbatas, serta hanya bisa melakukan apa yang telah diprediksi sebelumnya dan diprogram sedemikian rupa agar prediksi seperti itu tidak terjadi.
Dengan demikian, menurut Sully, belum ada yang bisa menggantikan pikiran manusia dalam sebuah penerbangan. (*/Eq)
Mantan pilot US Airways, Chesley B “Sully” Sullenberger benar, selama ini pilotlah yang menerbangkan pesawat, namun bagaimana pilot menerbangkan pesawat tidak akan dan tidak boleh keluar dari prosedur yang sudah ditetapkan/dituangkan dalam Airplane Flight Manual. Dalam era teknologi komputer sekarang ini tidak mustahil dirancang algoritma yang mencegah pesawat bermaneuver diluar flight path yang normal / aman dari mulai pushback sampai mendarat dan taxi di terminal tujuan. Tidak sekadar mencegah maneuver diluar batas rancang bangun struktur pesawat (misal load aleviation system) dan kenyamanan penumpang melalui control law sistem kendali pesawat terbang akan tetapi juga mencegah pesawat keluar dari flightpath yang aman. Dengan kata lain pesawat dilindungi dari maneuver diluar yang sudah ditentukan dalam AFM baik dalam keadaan terbang normal, abnormal maupun emergency. Flight management system yang ada digabung dengan navigasi global jaman sekarang sudah memungkinkan otomatisasi penerbangan layaknya penerbangan tanpa awak.