infopenerbangan.com- Tidak diragukan lagi bahwa kabin bertekanan dan sistem oksigenasi membantu kegiatan di udara tanpa kendala dengan syarat tidak melewati ketinggian di luar kemampuan dari sistem tersebut.
Pesawat komersial menjaga tekanan kabin setara dengan kadar oksigen sebesar 6.000-8.000 kaki dan pesawat ukuran kecil selalu beroperasi pada ketinggian di bawah 10.000 kaki. Namun ancaman hipoksia masih tetap ada jika ada kejadian hilangnya tekanan kabin tanpa disengaja atau kejadian terbang di atas ambang ketinggian yang ditentukan.
BACA JUGA :
HARI PELANGGAN NASIONAL, ANGKASA PURA I GELAR PEMERIKSAAN KESEHATAN GRATIS
APG INGATKAN PENTINGNYA KESEHATAN PILOT UNTUK KEAMANAN PENERBANGAN
KEMENHUB : SEMUA MASKAPAI WAJIB CEK KESEHATAN KRU SAAT BERTUGAS
Pengertian Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen dalam jaringan tubuh akibat penurunan jumlah dan konsentrasi molekuler dari oksigen. Dalam penerbangan, hal ini terjadi akibat jatuhnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihirup seiring dengan peningkatan ketinggian melebihi kemampuan fisiologis tubuh manusia.
Tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihirup berkurang secara progresif dibandingkan dengan udara yang dihirup di permukaan laut. Penyebab dasar terjadinya hipoksia tanpa disengaja dalam penerbangan adalah penambahan ketinggian tanpa suplementasi oksigen yang mencukupi, kegagalan alat bantu napas atau penurunan mendadak tekanan kabin pesawat.
Gejala dan tanda dari hipoksia akan timbul ketika derajat hipoksia meningkat, seperti:
– Sesak napas
– Mengantuk berlebihan
– Kelelahan
– Euforia
– Gangguan produktivitas kerja
– Gangguan psikologi
– Penurunan kesadaran
Sangat penting untuk diingat bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi waktu terjadinya dan derajat perberatan dampak dari hipoksia sehingga pencegahannya dapat segera dilakukan. Faktor- faktor dimaksud adalah:
- Ketinggian. Ketinggian makin bertambah, tekanan parsial oksigen makin berkurang.
- Derajat peningkatan ketinggian. Semakin besar derajat peningkatannya, semakin cepat waktu kejadian timbulnya gejala dan tanda hipoksia.
- Durasi ketinggian. Dampak hipoksia makin bertambah berat bila durasi ketinggian bertambah lama.
- Suhu ambien. Tinggi rendahnya suhu lingkungan memengaruhi perkembangan dari hipoksia.
- Kegiatan fisik. Usaha fisik di ketinggian meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga gejalan hipoksia makin bertambah berat. Hal ini harus diperhatikan oleh awak kabin selain pilot.
- Kerentanan individu. Perbedaan tiap individu dipertimbangkan memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghadapi kondisi hioksia.
- Status kebugaran fisik. Standar kebugaran fisik yang tinggi memiliki kemampuan toleransi yang baik terhadap kondisi hipoksia. Latihan fisik teratur meningkatkan kemampuan toleransi dimaksud.
- Merokok. Merokok membuat seseorang lebih rentan untuk mengalami hipoksia oleh karena ikatan hemoglobin terhadap karbon monoksida yang timbul pada rokok. Perokok yang merokok sebelum naik pesawat, khususnya mereka yang merokok lebih dari 3 (tiga) batang rokok, membuat dirinya rentan untuk mengalami hipoksia.
- Penyakit organik. Dampak hipoksia akan makin bertambah berat pada penderita penyakit jantung, penyakit paru atau penyakit komponen darah.
- Kondisi emosi. Kondisi cemas dan ketakutan membuat seseorang lebih rentan terhadap dampak dari hipoksia.
- Aklimatisasi. Aklimatisasi saat peningkatan ketinggian meningkatkan kemampuan toleransi seseorang terhadap hipoksia.[]