Infopenerbangan,- 28 Agustus 2018, penerbangan US-Bangla Airlines dari Dhaka ke ibukota Nepal pada Maret jatuh saat mendarat di Kathmandu dan terbakar, menewaskan 51 dari 71 orang. Ini menjadi dalam bencana penerbangan terburuk di negara Himalaya selama 26 tahun.
Laporan tim investigasi yang ditunjuk pemerintah Nepal, mengatakan pilot pesawat, kapten Abid Sultan, merasa kecewa dan sakit hati kepada seorang pramugari yang mengajukan pertanyaan tentang reputasinya sebagai instruktur di maskapai itu.
“Dia sangat tertekan karena masalah khusus ini,” tulis laporan seperti dikutip dari Reutes.
“Ketidakpercayaan dan stres ini membuatnya terus menerus merokok di kokpit dan juga mengalami gangguan emosional beberapa kali selama penerbangan,” lanjut laporan.
Pilot menangis dan bersin pada beberapa kesempatan selama penerbangan, yang diperoleh dari rekaman percakapan antara kokpit dan pengendali lalu lintas udara. Sementara co-pilot terus mencoba menghiburnya.
Kapten Abid Sultan, mantan pilot angkatan udara Bangladesh, tidak mengikuti instruksi dari menara pengendali lalu lintas udara untuk mendarat dari jalur selatan dan malah mengambil jalur utara yang lebih sulit. Akhirnya dia tidak dapat menyelaraskan pesawat sebelum mendarat.
Pesawat tergelincir dari landasan ke rumput di sekitarnya. Sang kapten termasuk di antara mereka yang meninggal dunia.
CEO US-Bangla Airlines Imran Asif mengatakan laporan resmi belum dipublikasikan atau dirilis dan tidak tahu bukti apa yang mereka bicarakan.
Dilansir dari India Today, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Sultan berada di bawah tekanan mental dan kecemasan besar saat menerbangkan pesawat ST211 yang membawa 71 penumpang.
Sultan menyalakan rokok tiga menit sebelum memulai pesawat turun. Sultan juga berbohong kepada ATC tentang mengunci roda pendaratan pesawat enam menit sebelum melakukan pendaratan terakhir.
Menurut catatan kesehatan, Sultan memiliki riwayat depresi yang tidak diperiksa oleh maskapai US-Bangla ketika merekrutnya sebagai pilot.
Pilot yang membuat pesawat jatuh di Nepal merupakan mantan pilot yang dipecat dari Angkatan Udara setelah penilaian kejiwaan pada 1993. Ia bergabung kembali dengan angkatan udara Nepal pada 2002. Namun, penilaian medis yang dilakukan selama 2002-2018 tidak menunjukkan masalah kesehatan mental dan mengizinkannya untuk menerbangkan pesawat.
Sumber New Strait Times