Infopenerbangan,- Kalau kita berkunjung ke Jepang, kita akan melihat kereta api jadi transportasi publik yang paling popular. Perkereta-apian di negara ini bisa jadi yang paling sibuk dan padat di seluruh dunia. Untuk mengoperasikan moda transportasi ini diperlukan disiplin tinggi manusia yang terlibat didalamnya. Lupa dan salah memang manusiawi. Tetapi untuk urusan yang satu ini tidak ada istilah kompromi, lupa dan salah harus dieliminasi.
Seorang masinis KA Jepang yang mengemudikan lokomotif dengan peralatan yang relatif sederhana sekalipun pasti terbiasa melakukan sishakoso. Sebelum menjalankan lokomotif jarinya akan menunjuk satu persatu peralatan di ruang kemudinya, memastikan semua checklist item-nya sudah dilaksanakan dengan urut dan benar.
Perkereta apian Jepang dikenal dengan rekor teraman, terbersih, cepat dan tepat waktu. Maklumlah di negeri matahari terbit ini bila seseorang membuat kesalahan apalagi yang sampai menimbulkan korban jiwa, ini akan jadi aib yang sangat memalukan. Pilihannya hanya satu, lebih baik menghilang. Bahkan ada yang sampai melakukan harakiri, mati bunuh diri dengan cara terhormat, karena tak mau menanggung malu.
Remove Before Flight dan Checklist
Di dunia penerbangan, khususnya di Indonesia tercatat ada beberapa peristiwa yang menimbulkan kerugian. Itu semua terjadi karena petugas lalai dan tidak menjalankan prosedur dengan benar sesuai checklist, seperti beberapa kasus di bawah ini yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu.
Soekarno-Hatta, sekitar Tahun 90-an sebuah pesawat B-747 yang baru saja mengudara pilotnya terpaksa memutuskan RTB karena selepas tinggal landas roda pendarat pesawatnya tidak dapat dinaikkan. Untuk mendaratkan sebuah pesawat B-747 urusannya agak merepotkan. Dalam peristiwa ini pesawat yang masih terlalu berat itu harus mengurangi bobotnya dengan membuang sebagian bahan bakar sampai kalkulasi berat maksimalnya sesuai untuk mendarat.
Akhirnya pesawat selamat mendarat kembali, saat diperiksa pada roda pendarat yang bermasalah tadi ditemukan ground lock pin (pena untuk mengunci roda agar tidak bisa terlipat) belum dicabut. Sederhana sekali masalahnya namun betapa mahal akibatnya, pesawat harus refueling lagi (diisi BBM) karena fuel yang sudah terpakai dan sebagian harus dibuang percuma. Bila penumpangnya tahu biang keladi semuanya mungkin irregularity cos-nya bisa menggelembung lebih besar lagi, karena mungkin mereka akan menuntut kompensasi!
Dari kejadian di atas, bila saja Steering By-pass Pin, Gear Pin dan penutup Static Port tadi ditandai bendera ‘Remove Before Flight’ yang berwarna merah mencolok dan mudah terlihat itu mungkin peristiwa lupa seperti di atas bisa dihindari.
Tetapi akan lebih meyakinkan lagi bila disiplin membaca checklist dilakukan dengan benar. Hal sederhana tapi mahal akibatnya itu pasti tak akan pernah terjadi.
Budaya Insan Penerbangan
Ada banyak lagi peristiwa gara-gara tidak melakukan prosedur yang sudah tertera dalam checklist. Kejadian pesawat yang crash setelah tinggal landas karena flap yang ternyata tidak pada posisinya, tidak diverifikasi lagi setelah di-select.
Kejadian yang dialami sebuah pesawat beberapa waktu yang lalu, ketika akan mendarat di Singapura salah satu mesinnya mengeluarkan peringatan tekanan oli yang rendah, mekanik yang memeriksa sesaat setelah mendarat melihat kebocoran oli di mesin yang bermasalah itu, ternyata cover plug penutup cranking pad di gearbox-nya belum terpasang.
Bagian itu memang merupakan akses yang digunakan untuk memutar poros kompresor secara manual. Rupanya di Jakarta sebelum bertolak pesawat baru saja selesai menjalani inspeksi namun mekaniknya lupa memasang kembali cover plug untuk menutup akses cranking pad tadi, tentu saja oli mesin lolos dengan mudah melalui lubang bukaannya itu. Oli nyaris habis hingga memicu peringatan tekanan oli yang rendah.
Dari pengalaman seperti beberapa kejadian di atas yang sangat mungkin berakibat fatal itu, mestinya semua bisa dihindari bila personel yang terlibat berdisiplin mau membaca dan melaksanakan apa yang tertera dalam checklist dengan benar.
Mengapa harus checklist? Karena membaca checklist dengan disiplin yang benar; Read, Do & Verify ternyata memang bisa mengurangi kemungkinan lupa dan salah yang manusiawi itu.
Budaya Sishakoso dan membaca checklist seharusnya menjadi budayanya insan penerbangan.
(*/TZ)